Wamenkes: Ri Tak Risau Meski Trump Setop Bantuan Obat Tbc Hingga Hiv

Sedang Trending 5 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Yogyakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengklaim Pemerintah RI punya anggaran yang cukup untuk keperluan medis dan obat-obatan saat Presiden AS, Donald Trump menyetop pasokan bantuan kesehatan ke negara-negara miskin.

Dante menilai bahwa kebijakan Trump yang membekukan aliran dana hingga pasokan medis dan obat-obatan itu juga bisa tetap akan berdampak ke Indonesia. Misalnya, kata dia, nominal bantuan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) yang diperkirakan akan mengecil jumlahnya.

Namun, Dante mengatakan selama ini Indonesia juga tak selalu mengandalkan bantuan dari Amerika Serikat untuk pengadaan vaksin hingga obat-obatan. Sebagai contoh, pemerintah RI yang menganggarkan Rp500 miliar lewat APBN untuk penanganan penyakit tuberkulosis (TBC).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi kita kan tidak, tidak saja, mendapatkan dana dari hibah, APBN kita sudah cukup untuk melakukan penanganan kesehatan di Indonesia," kata Dante ditemui di Kalasan, Sleman, DIY, Jumat (31/1).

Dante mengatakan percepatan penanganan (quick win) TBC ini juga jadi salah satu programme prioritas Presiden RI Prabowo Subianto. Sehingga, dana penanganannya kemungkinan akan naik jadi Rp1 miliar dan semua pendanaannya bersumber dari dalam negeri.

"Kita sudah bisa mandiri untuk melakukan pengentasan TBC, baik evaluasi, pengorganisasian, serta yang paling penting adalah pemberian obat. Pemberian obat TBC walaupun Trump melakukan argumentation penyetopan bantuan untuk negara-negara asing, tidak terpengaruh di Indonesia," kata Dante.

"(Kebutuhan obat) HIV juga enggak pengaruh," klaim Dante.

Pasalnya selain APBN, lanjut Dante, pemerintah RI juga masih memiliki pos dari Global Fund sebesar 309 juta USD atau setara Rp4,6 triliun periode anggaran 2024-2026 untuk penanganan TBC, HIV, dan malaria.

Diberitakan sebelumnya, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) menerima memo untuk segera menghentikan pasokan obat-obatan dan bantuan medis terkait HIV, malaria, dan TBC ke negara-negara miskin. Kebijakan yang dikeluarkan Donald Trump ini secara otomatis memperluas pembekuan pendanaan AS bagi banyak negara berkembang.

"Memo ini mencakup bantuan untuk HIV, malaria, tuberkulosis, serta kontrasepsi dan perlengkapan kesehatan ibu dan anak," ungkap seorang sumber USAID dan mantan pejabat badan tersebut kepada Reuters.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin sementara itu menyebut kebijakan Trump yang menyetop pasokan medis dan obat-obatan kemungkinan besar akan berdampak juga terhadap Indonesia.

Kendati begitu, Budi juga menyebut Indonesia sebenarnya sudah mulai mengandalkan dana hibah dari berbagai negara lain, dan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada Amerika Serikat.

Kata dia, pemerintah kini aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Arab Saudi dan India. Hal ini untuk memastikan ketersediaan tenaga kesehatan dan obat-obatan, terutama untuk penanganan penyakit jantung.

"Itu memang Amerika frost semua bantuan, Indonesia juga terasa. Kita beruntung bahwa sumber hibah Indonesia sudah diversifikasi, bukan hanya dari AS, tetapi juga ada negara-negara lain, itu sebabnya Pak Prabowo kan sudah keluarkan dari APBN sendiri untuk screen misalnya tuberkulosis," kata Budi saat ditemui di RS Harapan Kita, Kamis (30/1).

Ia juga menegaskan dampak penghentian bantuan ini tidak hanya berasal langsung dari CDC atau lembaga AS lainnya, tetapi juga secara tidak langsung melalui WHO dan Gavi, yang sebagian besar masih bergantung pada pendanaan Amerika.

Saat ini, Kementerian Kesehatan tengah menghitung besaran dampak dari pembekuan hibah AS serta mencari alternatif sumber pendanaan lain. Dalam waktu dekat, Budi berencana mengunjungi Australia guna menjajaki kemungkinan tambahan bantuan untuk mendukung kebutuhan pengobatan pasien di Indonesia.

(kum/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya