ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta - Pelajar kelas XII di pelbagai SMA melancarkan aksi protes terhadap sekolahnya yang dianggap lalai menyelesaikan pengisian finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Akibatnya, para pelajar tersebut terancam tidak bisa mengikuti tes masuk perguruan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok mengatakan pihaknya tidak ingin merugikan pelajar akibat dugaan kelalaian sekolah.
“Hasil evaluasi panitia, terdapat 373 sekolah teridentifikasi masuk kategori tersebut. Hingga 6 Februari 2025, pukul 13.00 WIB, sekolah yang difasilitasi berjumlah 297 sekolah dari full 373 sekolah dan memberi kesempatan kepada 9.438 siswa untuk mengikuti SNBP,” tulis Eduart dalam keterangan diterima, Jumat (7/2/2025).
Eduart menambahkan, selain persoalan finalisasi nilai, hasil evaluasi panitia juga menemukan sekolah yang sudah melengkapi nilai pada sebagian besar siswanya, masih terkendala hanya di beberapa siswa saja. Dampaknya, hingga batas waktu pengisian PDSS berakhir, sekolah tidak mampu memfinalkan nilai sebagian kecil siswa tersebut.
“Hal ini berdampak kepada siswa eligible yang sudah lengkap pengisian nilai rapornya menjadi gagal terfinalisasi. Sekolah yang memiliki persoalan tersebut telah dihubungi oleh Panitia SNPMB untuk berkirim email ke halo-snpmb@bppp.kemdikbud.go.id dan ditunggu hingga Jumat, 7 Februari 2025, pukul 15.00 WIB,” jelas Eduart.
Eduart merinci, dokumen yang harus dilengkapi oleh sekolah dalam email tersebut. Berikut sejumlah poin yang harus dilampirkan dalam bentuk Dokumen Surat Kuasa:
a. Identitas Sekolah (Nama Kepala Sekolah, NIP, Jabatan, NPSN, Nama Sekolah, Alamat, Kota/Kab.)
b. Identitas Siswa (Nama siswa, NISN) dengan nilai tidak lengkap yang akan diabaikan/dihapus dari daftar eligible
c. Poin pernyataan:
- Tidak menambah information nilai pada PDSS
- Memberikan kuasa kepada Panitia SNPMB untuk mengabaikan/menghapus siswa dengan
- nilai tidak lengkap dari daftar eligible
- Memberikan kuasa kepada Panitia SNPMB untuk melakukan finalisasi akhir
- Dampak yang ditimbulkan dari proses ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Sebagai informasi, hingga tanggal 6 Februari 2025, pukul 13.00 WIB, sudah diterima surat kuasa untuk finalisasi siswa dari 193 sekolah dan memberikan kesempatan kepada 5.540 siswa untuk mendaftar SNBP.
Diketahui, pendaftaran SNBP berlangsung dari tanggal 4–18 Februari 2025. Hingga tanggal 5 Februari 2025, pukul 21.00 WIB sejumlah 44.260 siswa dari 909.007 siswa eligible telah menyelesaikan pendaftaran SNBP.
Ratusan Siswa Gelar Aksi Protes di Depok Usai Sekolah Gagal Upload Data SNBP
Puluhan siswa yang berasal dari kelas XII SMK Negeri 1 Depok menggelar aksi protes terhadap pihak sekolah, usai gagal mengupload secara online information siswa mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Aksi protes awalnya berlangsung di depan sekolah dikarenakan para siswa tidak diperkenankan melakukan aksi di lapangan sekolah.
Namun para siswa tetap meminta kepada pihak keamanan sekolah untuk diperkenankan masuk ke dalam sekolah. Aksi saling dorong sempat mewarnai aksi siswa hingga berhasil masuk dan lapangan sekolah, serta mendapatkan sorakan dukungan dari ratusan siswa kelas X dan XII.
Para siswa mengemukakan kekecewaannya di depan para guru yang melihat dari kejauhan dan sejumlah siswa lainnya membentangkan spanduk dan poster. Meskipun hujan, siswa tetap bertahan di lapangan sekolah hingga perwakilan salah satu guru menemui dan mengajak siswa bermediasi.
Selain itu, pihak sekolah turut mengundang orang tua siswa guna melakukan pertemuan membahas SNBP yang gagal di upload pihak sekolah.
Salah seorang siswa berinisial VR kecewa karena menggantungkan harapan masuk ke perguruan tinggi negeri melalui SNBP. Namun dengan pihak sekolah telat mengupload information siswa, membuat harapan tersebut menjadi pupus.
"Perjuangan buat naikin nilai itu lumayan susah, karena ini kan SMK negeri, jadi butuh banget usaha buat naikin nilainya. Jujur kecewa banget," ujar VR kepada Liputan6.com, Kamis (6/2/2025)
VR menilai perjuangannya selama tiga tahun belajar dari pukul 07.00 WIB sampai Pukul 16.00 WIB, serta mengerjakan task kerja kelompok sampai larut malam, seakan hilang lantaran pihak sekolah lalai mengupload information hingga batas waktu yang ditentukan.
"Project kan enggak tanggung-tanggung ya, sampai jam 11 malam buat mengejar nilai," ucap VR.
Kecewa
VR kecewa akan sikap dan VR pihak sekolah lalai mengisi PDSS sehingga berdampak kepada 137 siswa eligible di SMKN 1 Depok. Siswa SMKN 1 Depok kecewa akibat pihak sekolah terlambat upload sehingga angan siswa mengikuti PTN menjadi pupus.
"Kami kecewa dengan pengurus sekolah, kalau kami telat membuat tugas mendapatkan hukuman, kalau seperti ini pihak sekolah pantas diberi hukuman apa?," kesal VR.
Minta Sekolah Klarifikasi
VR meminta agar pihak sekolah memberikan klarifikasi dan kompensasi, karena siswa masih butuh seperti les tambahan untuk Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).
"Dibilang untuk ikut UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) saja kita belum maksimal, jadi kami butuh les tambahan sama pengurangan jadwal PKL (Praktik Kerja Lapangan), keringan waktu PKL lah," pungkas VR.
Kepala Sekolah SMKN 1 Depok Jelasan Alasan Pihaknya Telat Unggah Data SNBP
Kepala SMKN 1 Depok, Lusi Triana mengatakan, aksi protes siswanya bermula dari Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) lewat Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Siswa eligible tidak dapat masuk ke dalam seleksi tersebut.
"Jadi kendalanya itu karena keterlambatan sebetulnya, usability kami terlambat dalam memasukkan information ke sistem tersebut," ujar Lusi saat dikonfirmasi Liputan6.com, Kamis (6/2/2025)
Dia tidak mengetahui secara pasti usability SMKN 1 Depok telat memasukan information 137 siswa guna mengikuti SNBP. Atas kendala yang dialami operator, pihaknya telah memberikan penjelasan kepada orang tua siswa.
"Dari sekolah pun sudah menjelaskan kepada wali murid dan meminta maaf atas keterlambatan tersebut," jelas Lusi.
Meskipun begitu pihak sekolah berusaha mengupayakan information siswa masuk SNPMB untuk mengikuti SNBP. SMKN 1 Depok berusaha berkoodinasi dengan sejumlah pihak sehingga siswa SMKN 1 Depok dapat mengikuti SNBP.
"Kami juga sudah mendapatkan beberapa jawaban, tetapi pada prinsipnya, sampai saat ini kami masih melihat beberapa kemungkinan untuk siswa-siswi kita bisa masuk ke dalam SNBP tersebut," terang Lusi.
Dia mengakui, keterlambatan sekolah menginput information siswa baru terjadi pada tahun ini. Sebelumnya pihaknya belum pernah mengalami keterlambatan dalam menginput information siswa.
"Kalau tahun kemarin (keterlambatan input) seingat saya sih belum," ucap Lusi.