ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal mengecam penembakan terhadap 5 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dilakukan oleh otoritas Malaysia hingga 1 orang tewas. Dia meminta Pemerintah melalui instansi terkait memberikan perlindungan bagi korban yang saat ini masih menjalani perawatan di fasilitas kesehatan di Malaysia.
“Dukacita mendalam bagi PMI yang menjadi korban tewas dan luka-luka akibat penembakan di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Kita mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan personel dari otoritas Malaysia tersebut,” kata Cucun pada wartawan, Selasa (28/1/2024).
Cucun menilai penggunaan senjata api oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) tidak dapat dibenarkan dan terlalu berlebihan.
“Semestinya gunakan cara-cara soft approach. Penggunaan senjata api oleh aparat kepada warga sipil sangat berlebihan,” ungkapnya.
Untuk itu, Cucun mendukung langkah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur yang mengirimkan nota diplomatik kepada Pemerintah Malaysia untuk mendorong dilakukannya penyelidikan atas insiden tersebut, termasuk kemungkinan penggunaan kekuatan secara berlebihan atau excessive usage of unit dalam kasus ini.
“Indonesia harus meminta pertanggungjawaban dari Malaysia terkait dengan masalah penembakan yang menghilangkan nyawa warga kita,” sebut Cucun.
Sebanyak lima pekerja migran Indonesia menjadi korban penembakan oleh Otoritas Maritim Malaysia atau Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Satu orang tewas dan empat lainnya luka-luka.
Masih Dalam Pengawasan Malaysia
Kementerian Luar Negeri bersama KBRI dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) serta atase kepolisian pun diminta untuk terus berkoordinasi dengan Pemerintah Malaysia terkait penanganan bagi para korban. Saat ini Pemerintah tengah melakukan koordinasi dengan otoritas di Malaysia agar bisa mendampingi penanganan jenazah maupun PMI yang dirawat di rumah sakit.
Apalagi PMI yang terluka masih dalam pengawasan Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia. Cucun berharap para PMI ini segera mendapat bantuan dari Pemerintah Indonesia.
“Baik untuk mengawasi PMI yang terluka, maupun pendampingan terkait permasalahan hukum bagi mereka. PMI kita harus mendapat perlindungan dari negara,” ucapnya.
“Pemerintah juga harus memastikan akuntabilitas proses hukum oleh otoritas Malaysia,” tambah Cucun.
Lebih lanjut, pimpinan DPR koordinator bidang kesejahteraan rakyat (kesra) yang salah satu lingkup kerjanya membidangi urusan ketenagakerjaan itu menyoroti soal masih banyaknya PMI unprocedural. Menurut Cucun, masih banyakya PMI jalur non-formal menyebabkan dampak-dampak turunan kepada pekerja Indonesia.
"Kita berharap Kementerian PPMI bisa segera menyelesaikan PR-PR terkait PMI, termasuk pekerja yang berangkat ke luar negeri tanpa jalur resmi seperti ini,” jelasnya.
Komitmen Presiden Prabowo
Cucun menilai dibentuknya kementerian khusus terkait PMI menunjukkan komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk melindungi para pekerja migran Indonesia yang jumlahnya sangat besar.
Selain isu kekerasan PMI, masalah besar yang saat ini banyak menimpa pekerja migran adalah penyekapan hingga tindak pidana perdagangan orang (TPPO) WNI di sejumlah negara yang dipaksa bekerja sebagai admin judi online.
"Harus ada terobosan untuk menyelamatkan warga kita agar tidak semakin banyak yang tergiur bekerja di luar negeri secara unprocedural, yang kemudian banyak menjadi korban perdagangan orang, bahkan hingga kekerasan,” tutup Cucun.
Diketahui, Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan pekerja migran ditembak di Perairan Tanjung Rhu, Malaysia pada Jumat (24/1). Insiden penembakan PMI itu dilakukan oleh otoritas Maritim Malaysia, yaitu Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM).
Akibat penembakan, satu PMI meninggal dunia dan empat lainnya mengalami luka-luka, termasuk satu orang kritis. Mereka yang terluka dikabarkan merupakan warga Aceh, sementara korban meninggal dunia berasal dari Riau.
Menurut informasi, penembakan terjadi saat para PMI unprocedural yang berjumlah 26 orang hendak keluar dari Malaysia secara ilegal menggunakan boat. Di tengah perjalanan, vessel yang mereka tumpangi dikejar kapal patroli APMM. Petugas APMM disebut melepaskan tembakan membabi buta ke arah vessel dari jarak 20 metre hingga 25 meter.