Pertumbuhan Ekonomi Ri Lesu, Bankir Ungkap Dampaknya Ke Bisnis Bank

Sedang Trending 2 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi RI selama 2024 sebesar 5,03%, lebih rendah dari tahun sebelumnya 5,05%, dan jauh lebih rendah dibandingkan 2022 yang mencapai 5,31%. Komponen terbesar masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, namun pertumbuhannya masih di bawah 5%, yakni 4,94%.

Para bankir pun memberikan tanggapannya terhadap pertumbuhan ekonomi RI sepanjang tahun lalu. Meskipun pertumbuhan ekonomi RI tahun lalu lebih rendah dari dua tahun terakhir, bankir masih memandang adanya kesempatan baik untuk menumbuhkan bisnis.

Direktur Utama PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) Steffano Ridwan mengatakan pihaknya "tentunya tetap positif melihat peluang pertumbuhan bisnis di 2025." Namun, ia mengakui ada berbagai tantangan yang membayangi.

"Akan tetapi beberapa faktor seperti perubahan kebijakan-kebijakan di dunia seperti [kebijakan Presiden AS] Trump, pergolakan geopolitik, dan lain-lain. Tidak bisa kita abaikan dan perlu menjadi perhatian kami dalam melakukan pertumbuhan bisnis di 2025," kata Steffano saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (5/2/2025)

Sementara itu, Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah memandang produk domestik bruto (PDB) RI yang tumbuh 5,03% itu masih relatif stabil. Namun, ia menyorot laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tercatat 4,94% mengindikasikan adanya tantangan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen.

Namun demikian, Efdinal mengatakan pihaknya optimis kredit perbankan bakal tetap tumbuh positif di tahun 2025. Itu dipengaruhi oleh beberapa faktor.

"Kami optimistis bahwa kredit perbankan akan tumbuh positif pada tahun 2025, didukung oleh sentimen perekonomian domestik yang kuat. Penurunan suku bunga domestik yang diharapkan pada tahun 2025 juga diproyeksikan dapat menurunkan biaya dana sehingga memberikan ruang bagi penurunan suku bunga kredit," terang Efdinal saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (5/2/2025).

Ia menilai, prospek kinerja industri perbankan pada tahun 2025 tetap positif, dengan dukungan dari kebijakan moneter dan fiskal yang kondusif serta proyeksi pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Efdinal mengungkapkan Bank Oke sendiri memproyeksikan pertumbuhan kredit sekitar 10% pada tahun 2025.

Direktur PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) Busrul Iman menilai PDB tahun 2024 masih dalam tren positif. Karena meskipun mengalami sedikit perlambatan, angka 5,03% tetap coagulated dalam konteks ekonomi global.

"Pertumbuhan PDB tersebut, merupakan salah satu dampak dimana Bank Indonesia mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas rupiah dan inflasi, yang dapat membatasi ekspansi kredit. Konsumsi rumah tangga masih menjadi centrifugal utama PDB, tetapi pertumbuhannya cenderung melambat dibanding sebelumnya," kata Busrul saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (6/2/2025).

Ia mengatakan target PDB RI tahun 2025 yaitu 5,2%, memiliki korelasi dengan pertumbuhan nasional dan location yang menjadi wilayah terbesar bisnis Bank Jatim, yang umumnya mengikuti tren nasional. Menurutnya, realisasi pertumbuhan ekonomi yang melambat akan berdampak pada perlambatan penyaluran kredit.

"Beberapa dampak yang mungkin terjadi, sebagai industri yang mengutamakan pendapatan kredit sebagai laba, maka dengan PDB yang tumbuh sedikit lebih lambat, permintaan kredit dapat tetap tumbuh tetapi bisa jadi tidak maksimal," jelas Busrul.

Ia melanjutkan, sektor UMKM dan konsumsi yang merupakan salah satu fokus Bank Jatim bisa tetap tumbuh. Namun ada tantangan daya beli masyarakat yang lebih ditahan, serta secara parsial pendanaan masih berbiaya mahal.

Untuk meminimalisir hal tersebut, Busrul mengatakan strategi Bank Jatim akan melihat peluang bisnis yang baru untuk menjaga kinerja. Yakni, dengan menjajaki sektor manufaktur yang mulai tumbuh, yang tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global mencapai level 51,9 pada Januari 2025. Angka ini adalah yang tertinggi sejak Mei 2024 atau delapan bulan terakhir. Busrul menerangkan angka ini memastikan PMI Indonesia kembali ke jalur ekspansif setelah terkontraksi selama lima bulan.

"Selain menjajaki peluang bisnis baru, efisiensi operasional soul Bank Jatim (pengelolaan SDM dan digitalisasi), dan menjaga kualitas kredit serta peningkatan CASA menjadi salah satu cara untuk menjaga kinerja Bank Jatim," jelasnya.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Perkuat Perbankan, Mandat LPS Diperluas Setara LPS Negara Maju

Next Article Video: Syarat UMKM nan Bisa Dapat Kredit Baru Setelah Dihapus Tagih!

Selengkapnya