ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding mengatakan, pihaknya belum diizinkan untuk menemui Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penembakan di Malaysia.
Adapun diketahui, WNI yang merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) menjadi korban penembakan di perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Satu orang dilaporkan tewas dan empat lainnya mengalami luka-luka.
"Kalau kontak langsung belum boleh, belum boleh karena itu masih dalam pengawasan APPM (Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia)," kata Karding saat dikonfirmasi, Senin (27/1/2025).
Dia mengungkapkan, pihak Indonesia baru bisa menemui para WNI yang menjadi korban penembakan tersebut pada Rabu 29 Januari 2025.
"Kita baru bisa, boleh diakses itu kalau tidak salah hari Rabu. Kemlu baru dibukakan akses," ungkap Karding.
Dia menjelaskan, pihaknya tetap menghormati proses di Malaysia. Namun, dia mendorong agar pemerintah setempat mengusut peristiwa tersebut secara transparan.
"Kita juga minta kepada Kemenlu untuk mendorong agar penegakan hukum yang ada di sini dibuka transparansinya. Jadi terang benderang lah proses-proses ini sehingga jauh lebih baik," jelas Karding.
Sebelumnya, Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) menjadi korban penembakan di perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Hal ini menuai banyak perhatian di tanah air.
Salah satunya datang dari Anggota Komisi I DPR RI Amelia Anggraini. Dia mengecam akan peristiwa tersebut, di mana diketahui satu orang dilaporkan tewas dan empat lainnya mengalami luka-luka atas peristiwa tersebut.
"Kami sangat mengecam peristiwa penembakan WNI oleh APMM Malaysia, karena masih banyak tindakan alternatif yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan pelanggaran," kata dia, saat dikonfirmasi, Senin (27/1/2025).
DPR Minta Pemerintah Malaysia Tak Menutupi Kasus Ini
Karena itu, pihaknya mendorong Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan KBRI Malaysia melakukan penyelidikan secara transparan terhadap masalah ini.
"Kami mendorong kemlu dan KBRI Malaysia untuk melakukan penyelidikan mendalam secara transparan atas dugaan penggunaan kekuatan berlebihan (excessive usage of force) oleh APMM atau Coast Guard Malaysia terhadap WNI," ungkap Amelia.
Dia juga meminta agar pemerintah Malaysia terbuka terhadap penyelesaian kasus penembakan tersebut dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
"Selain itu saya ingin memastikan pemerintah Malaysia terbuka terhadap penyelesaian kasus ini dan tidak ada yang ditutupi. Karena jangan sampai insiden penembakan ini mengganggu hubungan kedua negara yang telah terbina secara baik," ujar Amelia.
Dia pun mengimbau kepada pemerintah Indonesia untuk memastikan tidak terulangnya tindakan serupa di masa depan.
"Selain itu, insiden ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia," jelas dia.
"Pemerintah Indonesia perlu mengimbau agar masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri melalui jalur resmi guna menghindari risiko serupa," sambungnya.
Wakil Ketua DPR Serukan Langkah Diplomatik
Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) menjadi korban penembakan di perairan Tanjung Rhu, Malaysia. Terkait hal itu, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad mengecam tindakan tersebut.
Dia memastikan, DPR RI akan segera memanggil Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) untuk mengonfirmasi insiden berdarah tersebut.
“Kami mendorong Kemenlu RI dan Kementerian P2MI untuk menempuh langkah-langkah diplomatik guna mengungkap insiden tersebut secara tuntas dan transparan,” kata Dasco dalam keterangan diterima, Senin (27/1/2025).
Politikus Gerindra ini juga meminta kepada Kementerian Luar Negeri RI melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur untuk mengirim nota diplomatik kepada pemerintah Malaysia terkait insiden penembakan lima orang WNI pekerja migran tersebut.
Dia juga mendorong Kementerian P2MI membentuk tim investigasi mengungkap insiden berdarah tersebut secara transparan.
“Lakukan pendampingan hukum terhadap korban penembakan dan pendampingan pemulangan jenazah korban penembakan untuk dimakamkan di kampung halamannya,” minta Dasco.
Dia memastikan, DPR-RI melalui komisi terkait akan membentuk tim untuk memantau penanganan insiden berdarah tersebut. Tujuannya, agar penanganan kasus ini dapat diungkap secara tuntas dan transparan.
“Kami turut berdukacita atas wafatnya salah satu WNI pekerja migran dalam insiden penembakan di Malaysia tersebut,” Dasco menandasi.
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com