ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - HSBC Indonesia mengatakan efek penguatan saham yang dipicu oleh periode perdagangan Januari itu tidak akan terlalu agresif tahun ini.
Head of Markets and Securities Services HSBC Indonesia, Ali Setiawan mengatakan penyebabnya adalah sepinya antrean perusahaan yang hendak mencatatkan saham perdana atau first nationalist offering (IPO) besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini
"Sehingga ekspektasinya kalau ada pipeline IPO besar, itu akan mengerek pasar equity kita sehingga ada dampak yang positif, istilahnya FOMO, masuk dulu di bulan Januari ke nama-nama yang related sektor," terang Ali di The Langham Jakarta, Kamis (9/1/2025).
Menurut Ali, January Effect lebih dipicu karena antrean IPO, bukan karena momentum bulan Januari.
"Tapi tahun ini kita nggak melihat large IPO coming up," pungkasnya.
Maka demikian, Ali memandang January Effect di pasar saham Indonesia tidak akan lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, faktor lain mengapa pergerakan saham tidak akan ngebut di awal bulan ini adalah aliran dana asing yang keluar masih sangat terbatas.
Ali menjelaskan penyebab sepinya aliran masuk dana asing ke RI adalah karena imbal hasil atau output surat berharga negaranya lebih rendah dibanding negara lain seperti India, Brazil, bahkan Amerika Serikat (AS) yang yield-nya sempat di atas 5%.
Adapun secara umum, para analis saham menganggap reli Januari disebabkan karena kembalinya para investor memborong saham usai 'bersih-bersih' portofolio pada akhir tahun sebelumnya.
Penjelasan lainnya, investor menggunakan prize dan kas yang menumpuk di akhir tahun untuk masuk lagi ke pasar pada Januari.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Ditutup Merana Hingga Investor Menanti Keputusan The Fed
Next Article Andalkan Nasabah Tajir, HSBC Gandeng BNP Paribas Luncurkan Reksa Dana