ARTICLE AD BOX
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar merespons rencana Pemerintah Arab Saudi yang berencana membatasi usia maksimal jemaah haji yang diizinkan berangkat ke Tanah Suci. Menag menegaskan bahwa Indonesia telah mengajukan negosiasi agar batas usia tidak ditetapkan maksimal 90 tahun, melainkan berdasarkan faktor istitha'ah atau kemampuan fisik jemaah.
“Ada orang di atas 90 tahun tapi segar, ada juga yang di bawah 60 tahun tetapi menggunakan kursi roda. Jadi, batasan usia itu bersifat relatif,” kata Nasaruddin kepada wartawan, Minggu 2 Februari 2025.
Menag Nasaruddin menyoroti antrean panjang calon jemaah haji Indonesia sebagai salah satu alasan utama negosiasi ini.
“Ada orang di atas 90 tahun tapi segar, ada orang di bawah 60 tahun tapi pakai kursi roda, jadi itu agak relatif ya kan. Tetapi Saudi Arabia punya pandangan khusus mungkin dalam hal ini, tapi kami sudah menawar untuk Indonesia, karena kita terlalu lama menunggu 48 tahun harus menunggu, tiba-tiba harus naik hari ini. Usianya tidak memiliki syarat, kekecewaannya besar sekali,” jelas Menag.
Meski demikian, Nasaruddin mengakui bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Pemerintah Arab Saudi.
“Kami hanya bisa mengusulkan. Keputusan tetap ada di pihak mereka, karena mereka yang punya negaranya,” pungkasnya.
Penyelenggaraan Profesional
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan, Arab Saudi mengapresiasi Pemerintah Indonesia soal pengelolaan penyelenggaraan ibadah haji yang profesional dan humanis. Menurut pemerintah Saudi, cara Indonesia turut berkontribusi terhadap peningkatan penyelenggaraan ibadah haji secara global.
Nasaruddin Umar mengatakan, apresiasi disampaikan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq F Al-Rabiah saat bertemu dengannya di Jeddah akhir pekan lalu.
"Kami mendapatkan apresiasi dari Kerajaan Arab Saudi. Menurut mereka, Indonesia kalau memikirkan sesuatu bukan hanya untuk jemaahnya sendiri tetapi juga untuk kemaslahatan umum untuk haji seluruh dunia dan bagaimana mempromosikan haji yang humanis," kata Nasaruddin seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (17/1/2025).
Haji yang humanis, menurut Nasaruddin, adalah haji yang mencerminkan kepuasan batin. Artinya, Indonesia bukan memamerkan kekecewaan tetapi justru kedamaian dan pameran kesejukan.
"Nah itu sangat diapresiasi (Saudi), Indonesia dianggap sangat memperhatikan kemaslahatan," ungkap Nasaruddin.
Nasaruddin menambahkan, Pemerintah Arab Saudi juga mengapresiasi Indonesia karena pengelolaan haji yang profesional. Hal itu terlihat secara connected nan spot terkait hal yang perlu diperbaiki, dibicarakan yang memiliki poin di mata pemerintauan Saudi.
Pelayanan Penuh Kedamaian
Pelayanan haji yang penuh dengan kedamaian, keamanan, serta kenyamanan menjadi komitmen pemerintah Indonesia saat ini.
"Hal ini tentunya sudah dipesankan oleh Presiden Prabowo dan saya minta komitmen ini juga dimiliki oleh kita semua yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah haji. Saya optimis, penyelenggaraan haji ini akan berhasil," kata Nasaruddin.
Nasaruddin juga mendorong, jajaran di kementeriannya untuk dapat memberikan pelayanan sepenuh hati bagi jemaah haji Indonesia di tahun ini. Sebab, tahun 2025 adalah penyelenggaraan ibadah haji terakhir yang akan dikelola Kementerian Agama.
"Jadi kita ingin husnul khotimah. Kita ingin menciptakan senyuman bagi para jemaah haji Indonesia," harap dia.
Nasaruddin optimis, jemaah haji Indonesia sudah tersenyum karena ada penurunan biaya haji. Namun dia ingin senyum itu semakin lebar saat mereka tiba di Tanah Suci yang dirindukan dengan pelayanan terbaik dari pemerintah Indonesia.
"Senyum para jemaah haji akan tercipta ketika mereka pulang dan menjadi haji mabrur. Artinya, manasik haji juga perlu kita perhatikan betul. Kita ciptakan senyuman-senyuman ini," tandas dia.