Ihsg Ambruk Lagi Hingga 2% Lebih, Deretan Saham Ini Biang Keroknya

Sedang Trending 2 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali ambruk hingga 2% lebih pada perdagangan sesi I Jumat (7/2/2025), di mana investor asing yang mencatatkan outflow membuat IHSG kembali tertekan.

Per pukul 09:21 WIB, IHSG ambruk 2,1% ke posisi 6.730,93. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 6.700 pada sesi I hari ini, menjadi level terendah sejak 19 Juni 2024.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3 triliun dengan measurement transaksi mencapai 3,2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 256.196 kali. Sebanyak 100 saham naik, 375 saham turun, dan 139 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor energi, bahan baku, dan infrastruktur menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, masing-masing mencapai 4,12%, 2,68%, dan 2,39%.

Sementara dari sisi saham, tiga saham konglomerasi Prajogo Pangestu menjadi penekan terbesar di sesi I hari ini yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang mencapai 66,4 indeks poin, kemudian PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) sebesar 20,3 indeks poin, dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) sebesar 11,6 indeks poin.

Selain BREN, ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 9 indeks poin dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) sebesar 6,1 indeks poin.

IHSG kembali ambruk karena net overseas sellyang begitu besar dan bahkan dalam beberapa hari terakhir terus tercatat jual bersih dari investor asing membuat tekanan yang tak terbendung dan berpotensi menyentuh level yang lebih rendah.

Dalam empat hari terakhir, tercatat totalnet overseas sellhampir Rp 3,3 triliun. Sedangkan pada perdagangan Kamis kemarin, asing terpantau net sell hingga mencapai Rp 2,34 triliun, dengan rincian sebesar Rp 2,38 triliun di pasar reguler dan net buy sebesar Rp 40 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Menanggapi hal ini,Senior Investment Information MiraeAsset Sekuritas Indonesia,Nafan Aji Gusta mengatakan fluktuasi IHSG sudah terjadi sejak awal tahun dan dipengaruhi oleh faktor world yang merupakan imbas dari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dinilai perfeksionis.

"Karena sejatinya sentimen dari Donald Trump kuat. Pelaku pasar sejak awal tahun benar mencermati dinamika kebijakan Trumpconomics," ujarnya kepadaCNBC Indonesia, Kamis (6/2).

Kebijakan Trump yang kontroversial membuat pelaku pasar berhati-hati. Termasuk kebijakan yang memicu perang dagang jilid dua.

Hal senada juga dikatakan oleh Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus. Situasi dan kondisi saat ini memang sedang tidak menguntungkan bagi investor. Meskipun Kanada dan Meksiko mengalami penundaan, tapi tidak dengan China. Negeri Tirai Bambu kemudian membalas tarif impor tersebut.

Menurutnya, kebijakan Trump berpotensi untuk mengerek inflasi di AS yang itu artinya, ruang pemangkasan tingkat suku bunga menjadi terbatas.

"Stabilitas pemulihan ekonomi world juga menjadi terganggu," ujarnya saat dihubungi olehCNBC Indonesia.

Saat ini, posisi IHSGsudah berada di level psikologis 6.700. Hal ini berpotensi membuat saham-sahambluechipberpotensi turun lebih dalam dan diikuti dengan valuasi yang semakin murah.

Selain itu, pelaku pasar saat ini juga menunggu information dari Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis nanti malam khususnya perihal information ketenagakerjaannya.

Dari AS, laporan ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls (NFP) Januari akan menjadi kunci bagi arah kebijakan slope sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Konsensus memperkirakan NFP berada di 170.000 yang akan menjadi angka terendah dalam tiga bulan terakhir, mencerminkan perlambatan dari 256 ribu lapangan kerja yang ditambahkan pada Desember tahun lalu.

Sementara tingkat pengangguran diproyeksikan stabil di 4,1%. Sedangkan, upah diperkirakan naik sebesar 0,3% secara bulanan, sama seperti pada Desember, sehingga pertumbuhan upah tahunan sedikit menurun menjadi 3,8%.

Laporan Januari akan mencakup revisi tahunanbenchmark, yang dapat secara signifikan mengubah angka ketenagakerjaan sebelumnya.

Sepanjang 2024, lapangan kerja di sektor non-pertanian(payroll employment) meningkat sebesar 2,2 juta, dengan rata-rata kenaikan bulanan sebesar 186 ribu, lebih rendah dibandingkan 3,0 juta pada tahun 2023 yang mewakili rata-rata kenaikan bulanan sebesar 251 ribu.

Namun demikian, angka-angka tersebut tetap menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat dan stabil.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Emas Makin Berkilau, Saham Emitennya Ikut Melambung?

Next Article Terbebani Saham Bank Raksasa, IHSG Ambruk 1,2% di Sesi I

Selengkapnya