ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah acuan dunia kembali terkereksi naik lantaran ada berbagai kendala pasokan, sementara permintaan masih kuat akibat cuaca dingin dan stimulus China.
Merujuk information Refinitiv, harga minyak jenis Brent pada penutupan kemarin Selasa (7/1/2025) melonjak nyaris 1% ke posisi US$ 77,05 per barel dan jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,94% ke posisi US$ 74,25 per barel.
Beralih pada Rabu hari (8/1/2025) per pukul 08.50 WIB, harga minyak masih melanjutkan tren positif, dengan Brent naik 0,44%, sementara WTI menguat 0,61%
Penguatan harga minyak terjadi lantaran ada kendala pasokan, sementara permintaan potensi meningkat seiring dengan dukungan dari stimulus China.
Dari sisi pasokan, kekhawatiran muncul atas terbatasnya pasokan dari Rusia dan Iran akibat sanksi Barat .
Seorang analis UBS, Giovannu Staunovo mengatakan "Beberapa pelaku pasar tampaknya mulai memperhitungkan risiko gangguan pasokan kecil pada ekspor minyak mentah Iran ke Tiongkok"
Kekhawatiran pengetatan pasokan dipicu akibat sanksi negara Barat di tengah meningkatnya permintaan minyak Timur Tengah. Hal tersebut kemnudian membuat n harga minyak Arab Saudi pada Februari naik. Ini menjadi kenaikan pertama dalam tiga bulan terakhir.
Pada hari ini pasar juga akan meninjau seberapa banyak perubahan pasokan dari crude lipid yang akan diumumkan oleh EIA nanti malah sekitar pukul 22.30 WIB.
Sementara dari sisi permintaan terjadi lonjakan, dari China ada stimulus yang mendukungnya, kemudian di AS dan Eropa, cuaca dingin mendoroong permintaan meskipun dibatasi sikap hold and spot sederet rilis information pekan ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pasokan Terbatas, PBOC Setop Beli Obligasi Pemerintah China
Next Article Harga Minyak Mentah Anjlok 1% Lebih Jelang Rilis Data Ekonomi China